50% Ahli AI China Rebutan Big Tech AS!

Ringkasan

• CEO Nvidia, Jensen Huang, baru-baru ini menyatakan bahwa 50% ilmuwan Artificial Intelligence (AI) terbaik dunia berasal dari China, menyoroti kontribusi vital mereka terhadap kemajuan AI global.
• Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan geopolitik AS-China, di mana kedua negara berlomba menjadi yang terdepan dalam pengembangan AI.
• Kontribusi ilmuwan China terlihat jelas di perusahaan teknologi raksasa seperti Meta, Google, Microsoft, Nvidia, dan OpenAI, dengan banyak posisi kunci diisi oleh talenta China.
• Perusahaan China seperti DeepSeek juga disebut sebagai kompetitor serius bagi OpenAI, dengan teknologi mutakhir yang lebih efisien.
• Meskipun AS sempat memberlakukan larangan ekspor chip AI canggih seperti H100 dan H200 ke China, permintaan terhadap chip Nvidia, khususnya H20, justru membludak.
• Nvidia dikabarkan memesan 300.000 chip H20 tambahan ke TSMC untuk memenuhi lonjakan permintaan tersebut, yang menunjukkan tingginya kebutuhan China terhadap teknologi ini.
• Namun, kekhawatiran muncul setelah laporan mengindikasikan chip AI Nvidia senilai USD 1 miliar (sekitar Rp 16 triliun) diduga masuk China melalui jalur gelap, dengan Asia Tenggara sebagai salah satu jalur transit.
• Pemerintah China, melalui Administrasi Dunia Maya China (CAC), juga menyatakan kekhawatiran atas potensi risiko keamanan dan dugaan "backdoor" pada chip Nvidia H20, bahkan memanggil Nvidia untuk klarifikasi.
• Jensen Huang sendiri mengkritisi kebijakan pembatasan ekspor AS, menyebutnya dapat menghambat inovasi dan memperlambat adopsi teknologi Amerika secara global.
• Di sisi lain, Donald Trump, yang sempat ingin membubarkan Nvidia, mengubah pandangannya setelah mengenal Jensen Huang dan mengakui pentingnya Nvidia dalam dominasi AI Amerika.